Salah satu wilayah yang menjadi pusat perhatian Portugis adalah Banten, yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lokasi strategis dalam jalur perdagangan internasional. Namun, kehadiran Portugis ini justru menimbulkan konflik dengan Kesultanan Banten, yang berupaya menjaga kedaulatan dan memperkuat pengaruh Islam di kawasan tersebut. Berikut adalah ulasan mengenai konflik antara Portugis dan Kesultanan Banten.
Latar Belakang Konflik: Motivasi Portugis dan Kepentingan Banten
Portugis tiba di Asia Tenggara pada tahun 1511 setelah berhasil merebut Malaka. Tujuan utama mereka adalah menguasai perdagangan rempah-rempah dan memperluas pengaruh agama Kristen di wilayah ini. Pada awalnya, Portugis tertarik untuk menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa, termasuk Sunda Kelapa (Jakarta sekarang) dan Banten.
Di sisi lain, Banten pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Kesultanan ini merupakan pusat penyebaran Islam di wilayah Jawa bagian barat. Banten memiliki kepentingan untuk mempertahankan jalur perdagangan bebas di Selat Sunda dan menolak kehadiran asing yang mengancam stabilitas dan agama Islam di wilayahnya.
Perjanjian Sunda Kelapa dan Penolakan Banten
Pada tahun 1522, Portugis berhasil membuat perjanjian dengan Kerajaan Sunda, yang memiliki pusat pemerintahan di Sunda Kelapa. Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng dan pos perdagangan di wilayah ini. Bagi Portugis, benteng tersebut diharapkan menjadi basis untuk memperluas perdagangan dan penyebaran agama Kristen di Pulau Jawa.
Namun, Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak melihat kehadiran Portugis sebagai ancaman, terutama karena motif keagamaan mereka yang bertentangan dengan Islam yang sudah berkembang di Jawa. Kesultanan Banten di bawah kepemimpinan Maulana Hasanuddin segera mengambil tindakan untuk menghentikan upaya Portugis.
Pertempuran 1527: Banten dan Demak Bersatu Melawan Portugis
Ketegangan antara Portugis dan Kesultanan Banten mencapai puncaknya pada tahun 1527, ketika pasukan Banten bergabung dengan pasukan dari Kesultanan Demak untuk menyerang Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan Fatahillah, seorang panglima perang dari Demak yang juga mendukung Banten, mereka berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengusir Portugis dari wilayah tersebut. Kemenangan ini sangat penting bagi Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak, karena berhasil menghalangi upaya Portugis dalam membangun kekuasaan di wilayah Jawa.
Sejak itu, Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta, yang berarti “kemenangan yang gilang-gemilang.” Peristiwa ini menandai dimulainya era baru di mana Kesultanan Banten semakin kuat dan berperan besar dalam menghalangi pengaruh asing di Nusantara.
Pengaruh Konflik Terhadap Hubungan Antar Kerajaan
Kemenangan Kesultanan Banten dalam konflik ini memperkuat posisi Banten sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan di Jawa bagian barat. Keberhasilan ini juga meningkatkan pengaruh Banten terhadap kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan memperkokoh posisi mereka dalam mempertahankan nilai-nilai Islam di kawasan tersebut.
Di sisi lain, kegagalan Portugis di Banten membuka peluang bagi bangsa Eropa lainnya, terutama Belanda, yang pada abad ke-17 mulai menjalin hubungan dagang dengan Banten dan memperkenalkan cara-cara baru dalam perdagangan. Meskipun Belanda juga merupakan kekuatan asing, pendekatan mereka berbeda dengan Portugis, yang lebih mengutamakan hubungan perdagangan daripada penyebaran agama.
Strategi dan Dampak Pertahanan Kesultanan Banten
Sikap tegas Kesultanan Banten terhadap Portugis menunjukkan kematangan strategi pertahanan mereka. Selain aliansi dengan Kesultanan Demak, Banten juga menggunakan taktik pertahanan yang efektif, termasuk memanfaatkan pengetahuan tentang medan dan kekuatan militer lokal. Dampak dari kemenangan ini sangat besar karena berhasil menjaga kedaulatan wilayah Banten dari campur tangan asing selama beberapa dekade.
Selain itu, kemenangan atas Portugis ini memberikan pesan kuat bahwa Kesultanan Banten tidak akan mentoleransi kehadiran kekuatan asing yang mencoba mendominasi wilayahnya, terutama yang membawa pengaruh keagamaan yang bertentangan dengan Islam.
Kesimpulan
Konflik antara Portugis dan Kesultanan Banten merupakan bagian penting dalam sejarah Nusantara yang memperlihatkan bagaimana kekuatan lokal mampu menghadapi ancaman asing dengan strategi yang cerdas dan aliansi yang kuat. Kesultanan Banten, dengan bantuan Kesultanan Demak, berhasil mengusir Portugis dan mempertahankan pengaruh Islam di Jawa bagian barat. Peristiwa ini tidak hanya memperkokoh posisi Banten sebagai kekuatan politik dan ekonomi, tetapi juga membuka jalan bagi kerajaan-kerajaan lokal untuk terus mempertahankan kedaulatan mereka dari pengaruh asing yang berusaha menguasai Nusantara.