Insiden mengejutkan terjadi di kawasan industri Merak, Banten, tepatnya di Terminal Bahan Bakar Minyak milik Pertamina Tanjung Sekong. Pada Jumat pagi, warga dikejutkan dengan munculnya asap hitam pekat disertai kobaran api besar dari area kilang. Banyak warga yang sempat mengira bahwa telah terjadi kebakaran besar atau ledakan, bahkan ada yang bersiap mengungsi karena panik.
Fenomena yang terjadi di kilang Pertamina ini memunculkan pertanyaan besar dari masyarakat, terutama karena tidak ada informasi resmi yang disampaikan kepada warga sebelumnya. Situasi ini membuat publik bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi di balik kobaran api Pertamina Tanjung Sekong tersebut, dan apakah ada bahaya nyata bagi warga di sekitar?
Kronologi Kejadian dan Kepanikan Warga
Ketika matahari baru saja naik dan aktivitas warga mulai berjalan, suasana di kawasan Merak mendadak berubah tegang. Tiba-tiba muncul asap hitam pekat diikuti api yang menyala cukup tinggi dari area Pertamina Tanjung Sekong.
Beberapa warga mengaku melihat api menjulang di langit disertai bau menyengat dari arah pabrik. “Saya lihat api dari jauh, langsung panik dan siap-siap kabur,” ujar salah satu warga kepada media lokal. Isu mengenai kemungkinan ledakan atau kebocoran gas pun menyebar dengan cepat, menyebabkan kepanikan lebih luas. Tidak sedikit keluarga yang segera membereskan barang-barang penting sebagai langkah antisipasi evakuasi darurat.
Penjelasan Pertamina Soal Flaring Mendadak
Setelah kekhawatiran publik memuncak, akhirnya pihak PT Pertamina Patra Niaga menyampaikan klarifikasi. Menurut pernyataan resmi mereka, kobaran api yang terlihat berasal dari kegiatan flaring, yaitu proses pembakaran gas sisa atau gas buang yang dilakukan sebagai bagian dari prosedur keselamatan instalasi.
Namun, yang menjadi persoalan adalah proses flaring ini dilakukan tanpa adanya pemberitahuan kepada warga sekitar. Ini yang menyebabkan munculnya isu seolah terjadi kebakaran hebat. Meskipun teknis flaring disebut aman dan umum dalam industri energi, tetap saja visual kobaran api besar dan asap hitam mengganggu kenyamanan warga, apalagi tidak disertai komunikasi sejak awal.
Tanggapan Pemerintah dan DPRD Kota Cilegon
Melihat keresahan yang timbul di masyarakat, Komisi IV DPRD Kota Cilegon langsung angkat bicara. Mereka mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan manajemen Pertamina untuk bertanggung jawab serta memberikan penjelasan resmi yang lengkap kepada masyarakat. Tidak hanya itu, DPRD juga menyoroti kurangnya sosialisasi terhadap warga yang tinggal di sekitar fasilitas industri.
Menurut mereka, komunikasi yang lemah ini bisa berakibat fatal jika suatu saat benar-benar terjadi keadaan darurat. Pemerintah daerah diminta aktif memantau aktivitas di kawasan industri Tanjung Sekong agar tidak merugikan warga secara psikologis maupun kesehatan.
Dampak Psikologis dan Ancaman Kesehatan
Meskipun Pertamina menegaskan bahwa tidak ada bahaya dari proses flaring, warga tetap merasa tidak tenang. Beberapa warga melaporkan rasa pusing, mual, hingga iritasi mata akibat menghirup udara bercampur asap. Apalagi dengan angin yang membawa asap masuk ke permukiman, banyak yang memilih menutup pintu dan jendela rapat-rapat.
Pakar lingkungan dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menilai bahwa aktivitas flaring yang dilakukan mendadak tanpa SOP komunikasi dapat menimbulkan dampak buruk terhadap psikologi warga. Ketakutan berlebih bisa membuat trauma berkepanjangan, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Di Mana Lokasi Tanjung Sekong?
Tanjung Sekong adalah wilayah industri yang terletak di Merak, Kota Cilegon, Banten. Kawasan ini menjadi salah satu pusat distribusi bahan bakar minyak karena adanya Terminal BBM milik PT Pertamina Patra Niaga. Aktivitas industri di wilayah ini cukup padat, dengan kilang, pelabuhan, dan jalur distribusi nasional.
Karena status strategisnya, lokasi ini sangat sensitif terhadap segala bentuk gangguan. Itulah mengapa setiap aktivitas operasional seperti flaring seharusnya mendapatkan perhatian serius dan pengawasan ketat, termasuk dari pemerintah daerah dan otoritas lingkungan.
Kenapa Flaring Masih Digunakan?
Flaring adalah metode umum yang digunakan untuk membakar gas-gas sisa yang tidak dapat ditangani oleh unit produksi. Ini merupakan bagian dari sistem keselamatan untuk mencegah penumpukan gas berbahaya. Biasanya, flaring dilakukan dalam keadaan darurat atau saat proses maintenance, dan seharusnya diikuti prosedur sosialisasi kepada masyarakat.
Namun, insiden di Tanjung Sekong memunculkan pertanyaan besar mengenai apakah prosedur tersebut dijalankan sesuai standar. Jika tidak ada peringatan atau komunikasi awal, publik sangat mungkin menyangka itu adalah kebakaran sungguhan—yang tentu saja berpotensi menimbulkan kepanikan massal.
Desakan untuk Transparansi dan SOP Baru
Setelah kejadian ini, banyak pihak mendorong agar Pertamina membuka secara transparan jadwal flaring atau proses serupa kepada publik, terutama yang berdampak langsung ke lingkungan warga. Pemerintah Kota Cilegon juga mulai mempertimbangkan pembuatan SOP baru terkait komunikasi risiko dari industri kepada masyarakat.
Pakar komunikasi publik menyarankan penggunaan sirine, pemberitahuan melalui RT/RW, atau setidaknya pengumuman digital di media sosial lokal sebagai langkah awal mitigasi risiko komunikasi seperti ini. Sebab dalam kasus ini, bukan hanya soal teknis flaring, melainkan ketidaksiapan masyarakat menghadapi informasi mendadak.
Komentar Netizen dan Viral di Media Sosial
Tak butuh waktu lama, foto dan video kobaran api dari Pertamina Tanjung Sekong langsung viral di berbagai platform media sosial. Banyak netizen yang menduga telah terjadi kebakaran besar dan menuntut penjelasan resmi dari pemerintah maupun Pertamina.
Tagar seperti #PertaminaTerbakar, #MerakPanik, dan #TanjungSekong pun sempat trending, menunjukkan betapa besar dampak komunikasi yang buruk di tengah situasi genting. Netizen pun saling berbagi cerita soal apa yang mereka alami saat asap hitam terlihat membumbung tinggi.
Apakah Warga Akan Tenang Setelah Klarifikasi?
Meskipun pihak Pertamina sudah memberikan penjelasan, kekhawatiran warga belum sepenuhnya reda. Beberapa masih mempertanyakan transparansi informasi dari Pertamina dan bagaimana ke depan kejadian serupa bisa dihindari. Bahkan ada usulan agar pemerintah daerah membuka posko informasi permanen bagi warga yang tinggal dekat kawasan industri.
Kepercayaan publik terhadap aktivitas industri memang bergantung pada seberapa jujur dan terbuka manajemen dalam menyampaikan informasi. Jika pola komunikasi tidak dibenahi, warga akan tetap cemas tiap kali melihat asap dari arah pabrik.
Kesimpulan
Kejadian kobaran api di Pertamina Tanjung Sekong bukanlah kebakaran seperti yang ditakutkan warga, melainkan flaring rutin. Namun kurangnya informasi dan sosialisasi menjadikannya peristiwa yang menegangkan dan meresahkan. Ke depan, perlu ada SOP baru dan pendekatan komunikasi yang lebih proaktif antara industri, pemerintah, dan masyarakat.
FAQ
Apa itu flaring di Pertamina?
Flaring adalah proses pembakaran gas sisa untuk alasan keselamatan. Biasanya dilakukan secara terkontrol untuk mencegah tekanan berlebih pada instalasi.
Apakah ada korban dari kejadian di Tanjung Sekong?
Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa flaring tersebut menurut pernyataan resmi dari Pertamina.
Di mana lokasi Tanjung Sekong?
Tanjung Sekong terletak di kawasan Merak, Kota Cilegon, Banten. Merupakan area industri yang dikelola Pertamina.
Mengapa warga panik?
Karena kobaran api besar dan asap hitam muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya, warga mengira terjadi kebakaran atau ledakan.
Apa tanggapan pemerintah?
DPRD Cilegon dan DLH setempat mendesak adanya SOP komunikasi baru dan transparansi lebih baik dari pihak industri terhadap warga.