Provinsi Banten tidak hanya terkenal karena sejarah Kesultanan dan pantainya yang indah, tetapi juga karena kekayaan spiritualnya. Banyak tempat wisata religi Banten yang menyimpan nilai sejarah dan budaya Islam yang tinggi. Dari masjid megah peninggalan kerajaan, makam para wali dan ulama besar, hingga tradisi ziarah yang masih dilestarikan, Banten menjadi salah satu tujuan utama wisata religi di Pulau Jawa.
Selain menjadi sarana perjalanan spiritual, wisata religi di Banten juga memperlihatkan bagaimana nilai-nilai keagamaan, sejarah, dan budaya bisa berpadu dengan indah. Setiap tempat memiliki kisah tersendiri yang mengajarkan keteladanan, kebijaksanaan, dan semangat penyebaran Islam di Nusantara. Banyak pengunjung datang bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk mengenang perjuangan para tokoh penyebar agama yang telah membentuk karakter masyarakat Banten yang religius hingga sekarang.
Sejarah Panjang Wisata Religi di Banten
Sebelum membahas berbagai tempat wisata religi Banten, ada baiknya memahami latar belakang sejarahnya terlebih dahulu. Wilayah Banten memiliki hubungan erat dengan penyebaran Islam di Indonesia bagian barat. Sejak abad ke-16, Banten telah menjadi pusat dakwah Islam melalui berdirinya Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Kesultanan Banten bukan hanya kerajaan politik dan ekonomi, melainkan juga pusat keilmuan Islam. Banyak ulama dari Timur Tengah dan Asia datang ke Banten untuk berdagang sekaligus berdakwah. Sejak saat itu, berdirilah berbagai masjid, pesantren, dan makam para ulama yang hingga kini menjadi tujuan ziarah ribuan peziarah setiap tahun.
Banten memiliki keunikan tersendiri: di satu sisi merupakan wilayah modern yang dekat dengan Jakarta, namun di sisi lain tetap mempertahankan atmosfer religius yang kuat. Setiap peringatan Maulid Nabi, bulan Ramadan, dan Syawal, ribuan orang memadati masjid-masjid tua dan kompleks makam keramat untuk berziarah dan berdoa.
Masjid Agung Banten Simbol Kejayaan dan Kebesaran Islam di Masa Lalu
Ketika berbicara tentang tempat wisata religi Banten, nama Masjid Agung Banten selalu menjadi yang pertama disebut. Terletak di kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, masjid ini merupakan salah satu bangunan tertua di Indonesia dan menjadi simbol kejayaan Islam di masa Kesultanan Banten.
Masjid ini didirikan pada tahun 1566 oleh Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Banten. Keunikan masjid ini terletak pada arsitekturnya yang memadukan unsur Jawa, Arab, dan Tiongkok. Menaranya yang menjulang setinggi 24 meter berbentuk seperti mercusuar, menggambarkan keterbukaan Banten terhadap dunia luar dan simbol penyebaran Islam yang damai.
Masjid Agung Banten bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, ekonomi, dan pendidikan di masa lalu. Hingga kini, setiap akhir pekan dan hari besar Islam, kawasan ini selalu ramai oleh jamaah dan wisatawan yang datang untuk berziarah, berfoto, atau sekadar menikmati suasana spiritual yang tenang.
Makam Sultan Maulana Hasanuddin dan Kompleks Kesultanan Banten Lama
Tidak jauh dari Masjid Agung Banten terdapat makam Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten sekaligus penyebar Islam pertama di wilayah tersebut. Kompleks makam ini dikelilingi oleh tembok tinggi dan gerbang batu besar bergaya arsitektur tradisional Jawa. Di dalamnya, terdapat pula makam Sultan Ageng Tirtayasa, salah satu sultan terbesar dalam sejarah Banten yang dikenal karena perjuangannya melawan penjajahan Belanda.
Setiap tahun, ribuan peziarah datang ke tempat ini untuk berdoa dan mengenang jasa para pendiri kerajaan. Suasana religius sangat terasa, terutama saat bulan Maulid dan bulan Suro. Warga sekitar bahkan mengadakan tradisi Ngunjung, yaitu ritual ziarah bersama yang diiringi doa dan pembacaan tahlil sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Kompleks Banten Lama yang menaungi kawasan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya nasional dan kini tengah direvitalisasi oleh pemerintah agar tetap terjaga kelestariannya.
Masjid Pecinan Tinggi Simbol Kerukunan Umat dan Asimilasi Budaya
Salah satu tempat wisata religi Banten yang menarik perhatian adalah Masjid Pecinan Tinggi, yang terletak tidak jauh dari kawasan Banten Lama. Masjid ini merupakan simbol toleransi dan kerukunan antarumat beragama di masa Kesultanan Banten.
Bangunan masjid memiliki gaya arsitektur khas Tiongkok yang kuat, terlihat dari bentuk atapnya yang melengkung seperti kelenteng dan ornamen kayu berwarna merah emas. Sejarah mencatat bahwa masjid ini dibangun oleh komunitas Tionghoa Muslim yang tinggal di kawasan pelabuhan Banten pada abad ke-17.
Keberadaan Masjid Pecinan Tinggi menjadi bukti bahwa Banten adalah wilayah yang terbuka terhadap berbagai etnis dan budaya, selama mereka hidup berdampingan dalam harmoni. Kini masjid ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik pada sejarah hubungan Islam dan Tionghoa di Indonesia.
Makam Syekh Nawawi Al Bantani Ulama Besar dari Tanara
Banten dikenal sebagai tanah kelahiran banyak ulama besar, dan salah satu yang paling dihormati adalah Syekh Nawawi Al-Bantani. Beliau adalah ulama asal Tanara, Kabupaten Serang, yang namanya dikenal luas hingga ke Timur Tengah. Syekh Nawawi bahkan menjadi pengajar di Masjidil Haram dan menulis lebih dari 100 kitab yang masih dipelajari di pesantren seluruh Indonesia.
Makam beliau kini menjadi tempat wisata religi Banten yang ramai dikunjungi, terutama oleh para santri dan ulama. Setiap tahun diadakan Haul Syekh Nawawi, acara peringatan wafatnya yang dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah. Di sekitar makam, terdapat kompleks pesantren tua dan museum kecil yang menampilkan peninggalan beliau seperti kitab, peci, dan manuskrip kuno.
Bagi banyak orang, ziarah ke Tanara bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga bentuk penghormatan kepada ulama yang telah berjasa besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.
Makam Syekh Abdul Karim dan Pesantren Cidahu Pandeglang
Selain Tanara, kawasan Pandeglang juga memiliki tempat wisata religi Banten yang sangat dikenal, yakni Makam Syekh Abdul Karim, ulama besar pendiri Pesantren Cidahu. Beliau dikenal sebagai salah satu tokoh yang menyebarkan Islam di wilayah Banten selatan pada abad ke-17.
Pesantren Cidahu hingga kini masih aktif dan menjadi pusat pendidikan Islam tradisional yang dihormati. Suasana di kompleks makam sangat tenang, dikelilingi pepohonan rindang dan rumah-rumah santri. Banyak jamaah datang untuk berziarah sambil belajar tentang sejarah perjuangan ulama dalam menyebarkan dakwah di daerah pedalaman Banten.
Makam Syekh Abdul Karim tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga tempat belajar tentang nilai-nilai keikhlasan dan keteladanan seorang guru sejati.
Ziarah ke Makam Syekh Syarif Hidayatullah Cirebon dan Hubungannya dengan Banten
Meskipun secara administratif berada di wilayah Cirebon, makam Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati memiliki hubungan erat dengan Banten karena beliau adalah ayah dari Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten. Banyak jamaah dari Banten yang melakukan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati sebagai bagian dari rangkaian perjalanan spiritual lintas Jawa Barat.
Makam ini menjadi simbol koneksi spiritual antara Banten dan Cirebon, dua kerajaan Islam besar yang berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara. Tradisi ziarah ke sini dilakukan sepanjang tahun, terutama menjelang bulan Ramadan dan Maulid Nabi.
Pesantren Tua dan Tradisi Religi yang Masih Bertahan
Selain makam dan masjid, tempat wisata religi Banten juga bisa ditemukan di berbagai pesantren tua yang telah berdiri selama ratusan tahun. Salah satunya adalah Pesantren An Nawawi Tanara, Pesantren Ciwandan Cilegon, dan Pesantren Al-Khairiyah Citangkil yang berperan besar dalam mencetak ulama-ulama terkenal.
Pesantren-pesantren ini bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan masyarakat sekitar. Tradisi seperti pengajian akbar, tahlilan, dan peringatan Maulid Nabi masih rutin dilaksanakan, menarik ribuan jamaah setiap kali digelar.
Bagi wisatawan religi, berkunjung ke pesantren tua di Banten adalah pengalaman spiritual sekaligus edukatif, karena mereka bisa melihat langsung bagaimana Islam tumbuh dengan damai dan penuh nilai kebersamaan di tanah Banten.
Masjid Agung Pandeglang dan Keindahan Spiritualnya
Salah satu ikon religius lain di Banten adalah Masjid Agung Ar-Rahman Pandeglang, yang menjadi pusat kegiatan keagamaan di wilayah selatan Banten. Masjid ini memiliki arsitektur modern namun tetap mempertahankan unsur klasik, dengan kubah besar berwarna hijau dan halaman luas tempat jamaah berkumpul setiap Jumat dan hari raya.
Selain digunakan untuk salat berjamaah, masjid ini sering menjadi lokasi acara keagamaan besar seperti khataman Al-Qur’an dan tabligh akbar. Suasana sejuk dan tenang membuat banyak wisatawan memilih mampir ke sini untuk beristirahat sekaligus beribadah saat melintasi jalur wisata ke Ujung Kulon atau Carita.
Tradisi Religius yang Masih Hidup di Tengah Modernisasi
Di tengah perkembangan industri dan modernisasi, masyarakat Banten masih menjaga tradisi keagamaan mereka. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah Maulid Akbar di Banten Lama, di mana ribuan orang berkumpul di Masjid Agung Banten untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan pembacaan shalawat dan pengajian.
Ada juga tradisi Rajaban di Pandeglang, Khaul Ulama Tanara, serta ziarah Syawal yang menjadi momen penting bagi masyarakat untuk mempererat silaturahmi dan memperkuat keimanan. Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi kegiatan spiritual, tetapi juga bentuk pelestarian budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Beragamnya tempat wisata religi Banten menunjukkan betapa kaya dan dalamnya warisan spiritual di tanah yang dulu menjadi pusat penyebaran Islam ini. Dari Masjid Agung Banten yang megah, makam ulama besar seperti Syekh Nawawi dan Sultan Maulana Hasanuddin, hingga pesantren tua yang masih hidup, semuanya menyimpan nilai sejarah dan religius yang tak ternilai.
Perjalanan wisata religi di Banten bukan sekadar ziarah, tetapi juga perjalanan mengenal diri, sejarah, dan nilai-nilai keimanan yang membentuk karakter masyarakatnya. Di tengah arus modernisasi, Banten tetap menjadi tempat di mana spiritualitas dan budaya hidup berdampingan dengan indah menjadi inspirasi bagi siapa pun yang datang menapaki jejak sejarahnya.
FAQ
1. Apa tempat wisata religi paling terkenal di Banten?
Masjid Agung Banten dan makam Sultan Maulana Hasanuddin di Banten Lama adalah destinasi religi paling populer di provinsi ini.
2. Siapa ulama besar dari Banten yang dikenal di dunia?
Syekh Nawawi Al-Bantani dari Tanara adalah ulama besar asal Banten yang karya-karyanya masih digunakan di pesantren Indonesia dan Timur Tengah.
3. Apakah di Banten ada pesantren tua yang bisa dikunjungi?
Ya, seperti Pesantren Cidahu Pandeglang, Pesantren An Nawawi Tanara, dan Pesantren Al-Khairiyah Citangkil Cilegon.
4. Apa tradisi religi khas masyarakat Banten?
Beberapa di antaranya adalah Maulid Akbar Banten Lama, Rajaban, dan Ngunjung (ziarah ke makam leluhur).
5. Kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke Banten untuk wisata religi?
Waktu terbaik adalah saat peringatan Maulid Nabi atau bulan Ramadan, karena banyak kegiatan keagamaan berlangsung di seluruh wilayah Banten.