Keraton Surosowan, sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Banten Lama, merupakan salah satu peninggalan arsitektur megah dari Kesultanan Banten. Dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Maulana Hasanuddin, keraton ini menjadi pusat pemerintahan, kebudayaan, serta pusat keagamaan bagi Kesultanan Banten pada masa kejayaannya. Selain menjadi tempat tinggal sultan dan keluarganya, Keraton Surosowan juga menjadi simbol kekuatan dan kemegahan kesultanan yang pernah berjaya di Nusantara.
1. Sejarah Singkat Keraton Surosowan
Keraton Surosowan mulai dibangun pada tahun 1526 oleh Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Banten. Keraton ini juga mengalami beberapa kali renovasi, terutama pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, yang menambahkan beberapa bangunan tambahan. Sayangnya, pada tahun 1680-an, keraton ini dihancurkan oleh Belanda saat konflik berkecamuk. Kini, yang tersisa hanyalah reruntuhan, namun keindahan dan kemegahan arsitekturnya masih dapat kita saksikan.
2. Gaya Arsitektur Keraton Surosowan
Mengusung gaya arsitektur tradisional yang dipadukan dengan pengaruh arsitektur Hindu-Buddha serta elemen Islam. Bangunan ini didirikan dengan fondasi batu bata yang kokoh dan dikelilingi oleh benteng setinggi empat hingga lima meter, yang menunjukkan bahwa keraton ini dirancang tidak hanya untuk keindahan tetapi juga untuk pertahanan.
Bagian dinding yang kokoh dengan ukiran-ukiran artistik menjadi bukti kemahiran para arsitek dan pengrajin Banten pada masa itu. Beberapa bagian bangunan menunjukkan detail ornamen khas Hindu dan elemen geometris Islam, mencerminkan akulturasi budaya yang begitu kuat di Banten pada masa tersebut.
3. Kolam Pemandian Putri (Rara Denok)
Salah satu bagian menarik dari Keraton ini adalah Kolam Pemandian Putri, yang juga dikenal sebagai Kolam Rara Denok. Kolam ini diyakini sebagai tempat pemandian para putri kerajaan. Dengan struktur kolam berbentuk segi empat dan aliran air yang dibuat secara khusus, kolam ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri di dalam kompleks keraton. Arsitektur kolam yang indah dan terencana menunjukkan kecanggihan teknik yang digunakan oleh para pembangun keraton.
4. Pintu Gerbang Keraton
Gerbang utama Keraton Surosowan berdiri megah dengan dua lapisan. Pintu gerbang ini berfungsi sebagai akses masuk utama ke dalam kompleks keraton dan dikelilingi oleh tembok yang kuat untuk menjaga keamanan dari serangan musuh. Bentuk gerbang yang kokoh dan artistik menjadi salah satu daya tarik bagi para pengunjung dan sejarawan yang ingin melihat sisa-sisa arsitektur kuno di Banten.
5. Fungsi Sosial dan Budaya Keraton Surosowan
Keraton Surosowan tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Banten pada masanya. Berbagai upacara adat dan pertemuan penting dilakukan di sini, termasuk pertemuan diplomatik dengan negara-negara asing. Kesultanan Banten pada masa itu memiliki hubungan dagang yang kuat dengan berbagai kerajaan di Asia dan Eropa, dan Keraton ini menjadi tempat di mana interaksi budaya tersebut berlangsung.
6. Upaya Pelestarian Situs Keraton Surosowan
Saat ini, Keraton hanya berupa reruntuhan, namun upaya pelestarian tetap dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak terkait. Sebagai salah satu cagar budaya Indonesia, Keraton Surosowan dilindungi agar warisan sejarah ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Beberapa upaya seperti pemugaran dan perawatan rutin dilakukan untuk menjaga kondisi reruntuhan dan meningkatkan daya tarik wisata.
Kesimpulan
Keraton Surosowan bukan sekadar bangunan bersejarah, melainkan simbol dari kejayaan Kesultanan Banten dan bukti kehebatan arsitektur Nusantara pada masa lalu. Dengan kombinasi gaya arsitektur yang mencerminkan perpaduan budaya dan keindahan desainnya, Keraton Surosowan layak menjadi tujuan wisata sejarah yang menarik bagi siapa saja yang ingin melihat jejak kebesaran masa lalu.
Mari kita lestarikan dan jaga situs bersejarah ini, agar keindahan arsitektur Keraton Surosowan tetap dapat dikenang dan dinikmati oleh generasi mendatang.